Well..perjalanan pertama kami keesokan harinya adalah ke universitas Flinders. Flatnya Desi tidak jauh dari gerbang masuknya Flinders University. Ternyata ada beberapa jalur ke area kampus yang lumayan jauh dari gate ini. Pertama, dengan jalan kaki; aha...pilihan pertama ini kayanya digandrungi ama mhs native Australia (bule maksudnya bo..!). alur ini cukup melelahkan karena main campus letaknya di atas bebukitan..., jalurnya melintasi bukit-bukit. Dan ujungnya melewati jembatan yang dibangun untuk menghubungkan dua bukit. Weh..lumayan gamang... Mungkin jiwa petualang mereka lebih besar dari kita kali ya..? atau sengaja ingin mendapatkan kulit yang jauh lebih tanning ketika sampai di atas.
- Pilihan kedua, yang kayanya digandrungi mahasiswa Indo yaitu menumpangi feeder bus Flinders yang super duper nyaman (bisa disamakan dengan mobil transit hotel bintang lima lho..). Jadilah bus ini sebagai ajang gosip menggosip penyebar informasi antar mahasiswa indo. Ha..ha...
- Pilihan ketiga; jikalau dirimu memiliki mobil ndiri or punya teman yang mo ditumpangi ke atas. Ya monggo...
- Pilihan keempat : kalo minat merangkak juga boleh seh or nungging kemudian ditendang or guling-guling ke atas..he..he..
Sementara Desi bertemu supervisornya, aku dan wayan menjadi turis dadakan di kampus ini. Kurang menarik sih mengingat bangunannya, hanya gedung-gedung modern dan lagian lengang banget. Niat mau cuci mata lihat Kevin Costner or Jason Danovan yang belum botak gak kesampaian.
Hem..., melihat semua universitas di negara maju kadang miris jika mengingat yang di kampung ku. Konsep mereka untuk universitas betul-betul univercity..., semua yang dibutuhkan untuk mejadi kota kecil ada di kampus. Akomodasi, transportasi, rekreasi, sport dan fasilitas toko yang medukung seperti salon (kalo wisuda perlu kan?) dan tour travel agent. Kapan ya di Indonesia yang punya proyek membangun universitas memiliki persepsi seperti ini. Bukan hanya membangun kelas-kelas saja, bahkan lupa membangun ruang auditorium sehingga wisudawan harus rela berpanas-panasan diluar.
Cuaca yang terik padahal masih jam 10an pagi membuat kami bergegas ke drinking machine. Ah ha.., tanpa perlu memasukkan koin ternyata di sana sudah tergeletak dengan manisnya dua botol air minum. Wah...lucky for us..
Sebenarnya seperti tips teman yang keliling Eropa, bagi orang-orang yang mo irit tidak perlu membeli minuman botol tapi cukup membawa tempat minum saja. Tempat umum biasanya menyediakan water fountain yang bisa ditampung atau langsung minum. Lebih nyaman lagi dilingkungan kampus karena ada dua macam pilihan, air panas atau air dingin. Hmmm....enteng kan...., kalau musim dingin...cukup bawa nescafe sachet kemana-mana dengan gelas.. Aman perkara.... Awalnya seh aku hemaaat juga, nenteng botol minum kemana-mana. Namun akhir-akhir ini keidealan untuk berhemat ini jarang kulakukan. Apalagi pak Wayan yang memiliki coin seabrek-abrek. Dengan sedikit menghiba.. bakal dibelikan minum ama dia...wakakak... (Psst..ada kisah lucu tentang coinnya Wayan, ntar deh kuceritakan di akhir kisah perjalanan ini).
Akhirnya jam 12an kami ke daerah kota. Kesimpulan tentang kota Adelaide?...Lengang banget. Pantas saja serombongan mahasiswa Adelaide menghiba meminta difoto di stasion Flinders Melbourne, fotonya di depan gerombolan bule yang rame berlalu lalang. Adi, mahasiswa yang dari Aceh membela diri ketika kutanyakan alasannya; ””Di Adelaide sunyi mba, jarang ketemu orang rame kaya begini” ujarnya memelas. Ha..ha.. kasihannnnn....
Bangunannya...hmm hampir mirip deh dengan yang di Sydney. Mungkin yang sedikit berbeda adalah Adelaide Festival Centre,bangunan ini modern dengan gaya yang unik. Berlawanan dengan Flinders univeristy, University of Adelaide berupa bangunan tua yang cukup antik..tapi lebih kecil dari Quadranglenya UnySyd. Karena musim panas, di rerumputan kampus beberapa mahasiswa tampak berjemur dengan cueknya berpakaian ..well minim. Kalo di Indo seperti ini, bakal didemo FPI..he..he
Kotanya kecil. Jadi sebenarnya kalau hanya ingin jalan-jalan di kota, tiket one day tripper tidak terlalu menguntungkan. So..supaya tidak merugi, kami memutuskan untuk ke daerah pantainya Adelaide, Glenelg. Desi bilang pemandangan Jetty disana bagus. Susah payah dia menjelaskan arti Jetty, tapi kami berdua tetap gak ngeh..maklum otak juga libur neh.
Makan siang di restoran malaysia di daerah Market city. Harganya standar mahasiswa, dan porsinya standar kuli bangunan...hi..hi...So kita pesan take away, tetap makan dulu di tempat. Walaupun sudah kenyang..masih sisa separuh. He..he.., aman deh jatah makan berikutnya.
Rombongan orang yang lalu lalang baru ditemukan di daerah central market. Jalan ini khusus untuk pedestrian, dan di kiri-kanannya berjejer mall2 ngetop di Oz seperti Myer, Coles dll. Tergiur untuk shoping bekal di Coles. Cuaca terik yang jauh lebih panas dibandingkan Sydney membuat kami tergiur untuk membeli satu pak es krim Walls. Ketika selesai membayar, baru sadar kalau es krim ini tidak mungkin bertahan sampai ke Glenelg dalam cuaca panas seperti ini. Dan kacaunya lagi..pasti akan verboden di trem karena lelehannya itu. Akhirnya sambil duduk di kursi yang berjejer di depan kasir, kami menikmati es krim tersebut. Persis anak-anak yang lagi ditinggal orang tuanya belanja dan dibujuk dengan es krim. Ha..ha..ha. Perut terasa kepenuhan..karena satu orang harus menghabiskan dua buah es krim walls cone .
Siang itu matahari sangat cerah di Glenelg. Perjalanan dengan memakai trem dari Adelaide masih dicover oleh tiket one day tripper. Ehm..seperti daerah pantai lainnya di waktu summer, bule berseliweran dengan bikininya... Pemandangan yang kontras dengan kami bertiga, seperti orang sakit, tetap memakai jaket plus payung lengkap..ha..ha.. Up to us lah...
Well lokasinya bagus. Tamannya diatur seperti taman-taman yang digambarkan di daerah mesir...berlantai marmer dan dilingkungi pohon-pohon palm. Trem berhenti di samping taman yang berada dibibir pantai ini. Di ujung lapangan ke arah pantai terdapat monumen untuk memperingati Ultahnya Adelaide. Karena panas masih terik, kami memilih berjalan ke samping kiri, menyusuri perumahan yang jalannya dinaungi pohon cemara yang tinggi besar. Tanggung, jika sudah kesini tapi tidak melihat sunset. Maka kami memutuskan beristirahat, duduk di rerumputan sambil makan snack yang dibawa. Ternyata rumah di depan tempat kami beristirahat sangat unik, sekilas seperti rumah pemulung, tetapi ternyata homestay lho dengan fasilitas yang lumayan. Detail yang disusun nyeleneh di pekarangan bangunan ini ternyata menggambarkan alat-alat nelayan.
Oh ya ternyata Jetty yang dimaksud oleh Desy adalah bangunan seperti jembatan yang menjorok ke lautan. Di ujungnya melebar, berbentuk segi empat, dan karena sudah terletak cukup jauh dari pantai area ini banyak dipergunakan penduduk untuk memancing. Lumayan sepertinya, ada yang mendapat kepiting dan ikan yang cukup besar.
Akhirnya sunset yang indah terbentang di depan kami. Bagai anak kecil, kita bertiga bermain di pantai. Pantainya sangat bersih.sehingga kita tidak ragu untuk langsung duduk dipasirnya.
Malam tiba,sekali lagi mengisi perut dengan sisa makan siang. Ransel kembali ringan, sebaliknya perut kembali berat. Pulang...Wuah...what a wonderful day.........
4 comments:
seruuuu...
musti nyusun rencana ke adelaide juga neh.
hmm... tiket dari melbourne berapa, en? naik bus, kan?
Adelaide, enak kali, tinggal di tempat sepi begitu.
Hehehe sepertinya saya tau deh kejadian lucu ttg koin nya si Wayan.
@ Hemma & Ali : ke Adelaide 100-an via bus, but kayana lebih murah pake plane deh...hmm daerah Adelaide emang cocok untuk yang suka lonely deh..akyu?..gak ahhh..
berarti aku ngga nyesal dong ke sana? xixixix
(minunggu bantahan dari mba e...)
Post a Comment