Wednesday, November 26, 2008

Dimana kita sekarang?...

Ketika kembali ke Jakarta, awal november lalu.., perhatianku tertuju ke sebuah poster di lorong pasca Ekonomi, Salemba. Lorong ini pernah akrab dikeseharianku, karena dulunya ngekos disini, hanya beberapa meter dari kampus Magister Ekonomi UI yang baru.


Suprisingly, cukup gembira juga ketika membaca pengumuman ini. Akhirnya kita terangkat juga ke posisi yang lumayan besar di kelas dunia...

Namun ketika searching lagi ke web yang bersangkutan, menemukan bahwa ranking ini ditempati.

287 : University of Arkansas Fayetteville

1291: Universitas Indonesia


Hmmm...mungkin versinya berbeda.., ketika sekali lagi kulihat poster itu. Yah..mungkin aku yang awam gak terlalu mengerti versi-versi ini.

Untuk topten dunia :

1 Massachusetts Institute of Technology
2 Harvard University
3 Stanford University
4 University of California Berkeley
5 Pennsylvania State University
6 University of Michigan
7 Cornell University
8 University of Minnesota
9 University of Wisconsin Madison
10 University of Texas Austin


Di Asia, top tennya adalah
1 : University of Tokyo
2 : National Taiwan University
3 : Kyoto University
4 : National University of Singapore
5 : Beijing University
6 : Chinese University of Hong Kong
7 : University of Hong Kong
8 : Hebrew University of Jerusalem
9 : Keio University
10: Tel Aviv University


Indonesia cukup membanggakan di Asia, di urutan 88 dan 92 ada
88 : Gadjah Mada University (peringkat dunia 819)
92 : Institute of Technology Bandung (peringkat dunia 826)

Di atas kita adalah universitas dari Singapura, China, Jepang, Taiwan, Hongkong, Saudi Arabia..bahkan ada Thailand.

Rangking ini sepertinya selalu diperbaharui, terakhir Juli 2008.
Melihat kondisi yang ada, seharusnyalah semua mulai memikirkan dimana kita sekarang?.
Sering terhanyut akan nostalgia indah masa lalu,
Sering menemukan kalimat ini dan sejenisnya..

”Dulu universitas A belajarnya di Indonesia, gurunya aja dari sini. Masak mereka bisa ngalahi kita?”

Sayang, zaman tidak akan memberikan waktu berlama-lama untuk nostalgia sejenis ini.
Murid memang seharusnya lebih pintar dari gurunya, karena jaman yang akan dihadapi juga akan lebih kompleks.

Bukankah begitu kenyataan yang kita temui sehari-hari?

Well, apa yang salah pada pendidikan kita..??

Three cups of tea........

Buku ini menarik perhatianku ketika menyusuri pertokoan siang itu dalam rangka “Mall escape” .

Yah..ternyata De-Javu..., kenapa aku merasa familiar dengan buku ini?.
Setelah merenung-renung dikit dan membaca sinopsis luarnya , agaknya cerita ini pernah ditayangkan oleh si Miss Oprah Winfrey. Sudah pernah melihat edisi Englishnya tapi tak sanggup membeli saat itu. He..he..



Three cups of tea, menceritakan kisah Greg Mortenson, seorang pendaki K2 yang mangalami kesulitan dan gagal dalam pendakiannya, hampir mati karena tersesat. Ia diselamatkan oleh suku Balti di daerah pegunungan Pakistan. Sambutan yang hangat dari ketua suku, Haji Ali membuat dirinya merasa menjadi bagian dari penduduk ini.

Terenyuh melihat anak-anak yang meringkuk belajar sendirian , tanpa guru, tanpa ruangan, di dinginnya daerah Balti, yang notabene merupakan daerah pegunungan Himalaya, Greg Mortenson mengucapkan janjinya kepada Haji Ali untuk akan kembali, dan membantu mereka mendirikan sekolah.




Greg Mortenson saat itu hanyalah seorang perawat di IGD rumah sakit. Demi menunaikan janjinya, Greg makan seirit mungkin, tidak menyewa apartemen, menghitung setiap receh yang dikeluarkannya..bahkan menyampingkan urusan pribadinya. Berusaha mencari dukungan, Greg mengirim ratusan surat yang pada umumnya tidak berhasil dengan baik. Sampai pada suatu hari, ibunya yang menjadi guru sekolah menghubungi dan memberitahu bahwa telah ada dua bak sampah yang dipenuhi uang receh anak-anak di sekolah yang ingin menyumbang. ”One penny” begitu istilahnya..yang merupakan cikal bakal organisasi kemanusiaan Pennies for Peace.

Well...tentu saja uang itu tidak cukup untuk usaha Greg, tapi cukup membantu membakar semangatnya. Masih panjang cerita kegigihannya dalam menggalang dana dalam buku ini.
Jean Hoerni, salah seorang ilmuwan eksentrik pendiri Silicon Valley memegang peranan besar dalam membantu usaha Greg. Namun permasalahan bukan hanya di dana, tetapi juga dampak sosial, mengingat dirinya adalah orang Amerika di tengah krisis agama, apalagi saat itu juga terjadi konflik besar akibat peristiwa 9/11.



Teman-temannya memberi julukan gambar ini
"Greg dengan Laptop"

Niat baik yang disertai kegigihan berusaha.... bisa datang dari siapa saja.

Jika kita melupakan "lapisan yang dipakaikan oleh manusia" pada badan ini.

Kita menyadari bahwa pada asalnya kita sama.

Seorang manusia yang bisa sedih, bahagia, terluka,

Seorang manusia yang merupakan saudara dari manusia yang lain

Sepertinya itulah essensi kisah ini



Three cups of tea merupakan adat Balti
Pada minum teh dari cangkir pertama..dirimu masih merupakan orang asing
Pada minum teh cangkir kedua...dirimu adalah tamu di daerah ini
Pada minum teh cangkir ketiga...dirimu adalah bagian dari keluarga disini, yang akan dengan segenap jiwa melindungimu dari segala ancaman bahaya.

For others "Greg" somewhere out there...keep trying...!!!!

Sunday, November 23, 2008

Inaugration day...for 2008


Sabtu malam kemaren, mahasiswa ngadain Inaugration day buat angkatan 2008
Temanya " Sparkling Together" Jauhkan Perbedaan Satukan Tujuan.
Well...gak nyangka banyak bakat-bakat seni di sela kesibukan kampus ini.











Setiap angkatan memajukan band yang rata-rata menggambarkan ke"sibukan" mereka ..he..he
namanya itu lho; Air Ketu Band, Neuro Band, Skripsiholic Band... dll, walah.
One thing that I wanna say :

I am proud of you all guys....
Your spirit makes me wanna live forever
It is an honour for me to joint you all in this journey...



Pemandangan depan kampus FK UNRI (menghadap ke Mesjid Agung An-Nur)

Friday, November 21, 2008

When summer ends

A friend is worry
And send me this song to see
How could I help..???
You are the one who really know
Which path of life you wanna go

Always send best blessing for you....



Ever since I met you

I've been waiting for the snow to fall

Waiting for the moon to call

The sun out of my eyes


And I can't help but wonder

Why you would spend your days with me

Why you would have your way with me

Why you're with me at all


And I wish it was forever

But nothing last forever at all, no

I know our time is now

Still I tell myself somehow

This thing won't end as it began

You're still here when summer ends


Another day is dawning

And I can't believe the light I see

You're standing right in front of me

A wonder to my eyes


And I don't dare to look away

Afraid that you might disappear

And you were never really here

It's all been in my mind again


And I wish it was forever

But nothing last forever at all, no

I know our time is now

Still I tell myself somehow

This thing won't end as it began

You're still here when summer ends

I used to prefer to be lonely

But you seem to be the only

The one I can't let go


I know our time is now

Still I tell myself somehow

This thing won't end as it began

You're still here when our summer ends, oh


This thing, oh

This love won't end as it began

You're still be here when summer ends


Ever since I met you

I've been waiting for the snow to fall

Thursday, November 20, 2008

A chance to communicate and to share



This week, Medical Faculty of Riau University conducts two seminars. From my view, these seminars have same purpose....to communicate and to share. They were conducted on last 19th and 20th November. Actually, it was not planned for two days, but luckily we can do it..




First seminar has a purpose to introduce curriculum systems for clinical setting based on competency. I really like to give the theme “to communicate and to share”, because in this occasion, I think the barriers between preclinical staff and clinical staff begun to melt down. Then we realize that we have the same purpose. In the other hand, bad communication between each other makes us “think and feel” as different person. Almost feel that some has ignored the other. I hope we can build better communication for the future..

Then, we have the opportunity to share experience from other university which has already conducted this competency based in their clinical time. Well, one idea comes into my mind... In Indonesia, we still have no formal tool to communicate with other medical teacher, to share experience with each other., such as jurnal on medical education . Why can't we make it?



Second seminar is talking about university preparation for certification and also brainstorming from KKI (Kollegium Kedokteran Indonesia/ Indonesian Medical Collegium). Why I also give the theme “to communicate and to share”...?
In this time, we can communicate what happened in our faculty to decision maker in central, face to face. Sharing the problems and hopefully could solve them. Although not every question can be solved at that time, at least some issued which happened in our local context had been arise.

Wednesday, November 12, 2008

Negeri di awan

Kadangkala...
aku merasa (ceile...)
perasaanku tergambar oleh awan

ha..ha...
egoisnya..


hmmm
bukan..
perasaanku
membuatku
melihat
awan hari ini berbeda

(kayanya yang ini lebih cuocok)

he..he..



white and soft flying-hopes




a bright in the middle of cloudy stormy sunset................. (please ignore the "batik"reflection)








peace layer...................................

Sunday, November 2, 2008

Le Grand Voyage (Ziarah)



Kisah ini menceritakan perjalanan seorang ayah untuk naik haji diantar oleh anaknya. Berbeda dengan jemaah kebanyakan yang memilih jalur yang aman dan nyaman, sang ayah memilih perjalanan dengan mobil dari tempat tinggalnya di Paris. Pola pikir ini sangat tidak dimengerti sang anak...

Perjalanan itu tidaklah mudah, yang paling sulit yaitu menyatukan dua visi yang berbeda. Sang ayah besar dan lahir di Iran, kemudian berimigrasi ke Paris. Hal ini berbeda dengan anaknya yang lahir sampai kuliahnya di Paris. Keduanya sama-sama keras kepala, namun tetap menunjukan hubungan ayah dan anak yang ketimuran. Sang anak tetap mengikuti ayahnya, walau kadang mendongkol tak karuan.

Well.. mengutip salah satu kalimat pembuka film ”The Painted Veil”,
sometimes the greatest journey is the distance between two heart
sepertinya film ini juga menceritakan hal yang sama dari sudut pandang yang berbeda.