Persinggahan pertama di kota Melbourne adalah untuk nyumpal perut yang berteriak ...makan. Sekali lagi kecewa karena makanan berat versi indo pada habis, akhirnya kami cukup puas mendapat tempat di fast food lagi.
Aku cukup tercengang melihat pemandangan orang yang berseliweran. Dandanan mereka itu yang membuat aku terkesima. Para wanita, berjalan ala peragawati, dengan baju satu stell lengkap baju pesta, high heel, dan topi manis dengan beraneka regam bentuk dikepalanya. Baju pesta...? masih ingatkan acara-acara dansa ballroom yang di TV? Nah mereka berseliweran dengan baju seperti itu, makan McD juga. Yang pria, rata-rata memakai baju jas lengkap, tua dan muda. Malah ada yang lengkap dengan topi, sarung tangan putih, sapu tangan terselip di saku jas, dan hem..bunga. Yang tua..warna jasnya lebih kalem..sedangkan yang muda...wuah warna jas judulnya sesukanya. Ada kuning kencang, oranye mengkilat, merah maroon...namun dasar bule..tetap cocok ya..di kulitnya.
Oalah... baru ingat, kalau suasana Melbourne masih terhipnotis oleh Melbourne Cup, Lomba pacuan kuda terbesar di Australia yang disponsori Uni Emirat Arab. Tiketnya dijamin mahal, yang paling murah katanya 100an dolar, itu untuk areal jauh. He..he.. Disamping itu, para pemuda-pemudi Australia menjadikan arena ini juga sebagai ajang bersenang-senang dan mencari jodoh.
Wualah...tau gini aku dandan dulu...ha..ha..
Beberapa kostum wanitanya unik....ada yang berdandan ala gothik. Jadi tetap memakai baju dengan potongan baju pesta, tetapi motif kainnya tengkorak. Ada lagi yang sangat mencintai pisang sepertinya. Bajunya bermotif pisang, sepatu juga kuning mencolok. Topinya...ha..ha..., topi kecil hitam dengan sebuah pisang tiruan bertengger di situ. Topinya rata-rata memiliki bulu yang melambai-lambai kian kemari. Hmm..mau ngambil fotonya tapi gak enak hati...ntar harus izin segala..., tapi kiran-kira gambar dari web dibawah ini bisa menggambarkan kemeriahan suasana di situ. Wuah...suasana pesta...seluruh kota Melbourne berpesta
Beberapa kostum wanitanya unik....ada yang berdandan ala gothik. Jadi tetap memakai baju dengan potongan baju pesta, tetapi motif kainnya tengkorak. Ada lagi yang sangat mencintai pisang sepertinya. Bajunya bermotif pisang, sepatu juga kuning mencolok. Topinya...ha..ha..., topi kecil hitam dengan sebuah pisang tiruan bertengger di situ. Topinya rata-rata memiliki bulu yang melambai-lambai kian kemari. Hmm..mau ngambil fotonya tapi gak enak hati...ntar harus izin segala..., tapi kiran-kira gambar dari web dibawah ini bisa menggambarkan kemeriahan suasana di situ. Wuah...suasana pesta...seluruh kota Melbourne berpesta
Mereka lebih bersenang-senang, ramah, dan frenzy dibandingkan orang-orang di perkotaan Sydney. Sydney kota pada umumnya merupakan daerah perkantoran. Orang berjalan dengan baju kantor modern, dan tampang serius. Jarang senyum malah. Cukup mencolok rasanya perbedaan kedua kota ini jika dilihat dari orang-orangnya.
Semburan api di Crown
Hemm.aku senang memperhatikan dandanan wanita yang agak lebih berumur. Mereka berdandan bagaikan aristokrat Inggris, dandanan rapi, baju persis seperti ratu yang senada dari ujung kaki sampai topi lengkap. Bapak-bapaknya juga rata-rata memakai jas warna hitam. Aduh seperti berjalan di daerah antah berantah...dengan aku yang tidak matching sama sekali, baju kaos, jeans, jaket...hiks. Saltum deh... dan kayanya jika aku maksain ganti baju (dengan baju didalam tas yang kuseret-seret) tetap tidak bisa. Lha...eni mana punya baju seperti ityuu...wakakak...
Walaupun kita berdua saltum..tapi jangan salahkan pesona wanita Asia...ha..ha...
Beberapa pemuda..berlarian mendekati kami lho...
cemas juga sih pada awalnya...apa aku disangka maling ya..?
Tapi ternyata mereka minta foto bareng...wakakak.....
Dan mereka rela menunduk serendah-rendahnya sehingga matching ama JQ yang cuma setinggi pinggang mereka...ha..ha
Psst..... Wayan juga mengalami nasib yang sama keesokan harinya. Langsung dirangkul cewek bule...dan dengan bangganya menunjukkan fotonya ke arahku.
Satu sama..hi..hi..
Hampir jam 11 malam, barulah kami pulang ke Clayton. Clayton, cukup sunyi ...sama seperti suburb pinggiran Sydney. Dari pemberhentian kereta api, kami masih harus nambah lagi ngebis, untung masih dapat bis, dan katanya mah.itu bus terakhir.... He..he..
Dari JQ, aku tahu kalau disini biasanya jadwal kereta api dan bus udah matching. Jadi jika masih ada train ke suatu suburb, biasanya beberapa menit setelahnya, akan ada bis di train station suburb itu. Begitu juga sebaliknya. Tapi kudu harus cepat-cepat ke bis station karena beda waktunya paling 5-10 menit dan mereka...right on time.
Sesampai di kostan JQ masih ngalor ngidul ampe malam. Aku juga mendiskusikan dengan wayan rencana perjalanan keesokan harinya. Akhirnya tercetuslah..... Ballarat... Sovereign Hill... Aku mah akuuuur wae, menyerahkan nasib sepenuhnya pada para guide di Melbourne.
3 comments:
emang acara kayak gitu adanya kapan, en?
atau mereka sepanjang waktu begitu?
hihi...
gue banget, secara ya boo... eykeh tuh keturunan aritros.. fpuh... fpuh... aristrokrat inggris!
kok yang diceritakan JQ dikejar bule? ente mana?
takut yayang yang ICURPA marah ya? xixixixix
@ mba he : Pas Melbourne cup neng..., kayanya emang mirip-mirip aristokrat Inggris..mirip..sopo tuh...
(keknya ada gak ya..?) xi..xi..
kalo maksain boleh aja kok..tinggal ngasih bulu ayam ke topinya mba he...ha..ha..
@ Bakhri :
Lha..penasaran mo liat aku dikejar bule juga..
Gak enak ah..ntar dibilang nyombong...kita kan rendah hati..
xi..xi..xi
Post a Comment