Mereka berlima masuk ke dalam ruangan. Masih sambil bergurau... Satu anak menggoda temannya sambil menggelitik kakinya. Anak tersebut tertawa cekikikan.
Saatnya tiba. Seorang anak mengganti bajunya dengan pakaian steril ok, yang bagian belakangnya terbuka itu lho.... Dengan mahir dia mengawasi gerakannya sehingga baju tersebut tidak terkontaminasi. Menghadap ke teman-temannya yang lain dan tersenyum. Doakan ya..biar cepat.. bisiknya.
Yang lain juga tersenyum..sambil mengiyakan. Dia pun pindah ke ruangan sebelah...steril. Yang lain saling memandang, dan salah satunya kemudian memimpin doa. Surat-surat pendek berbunyi halus diruangan tersebut. Tak ada terdengar suara tangisan di ruang sebelah. Yang terdengar hanya doa...
Beberapa menit kemudian, si kecil tadi keluar...kali ini didorong brangkar ke tempat teman-temannya tadi. Kembali tersenyum... Satu anak lagi bangkit, siap-siap memakai pakaian steril dan ke ruangan sebelah. Ibu-ibu mereka hanya berdoa... semoga tidak ada masalah. Obat saling dibagi, si A yang kekurangan obat dibantu oleh si B yang kebetulan ditanggung asuransi. Seorang ibu, memberikan banyak obat ke yang lain, masih terlihat kalau mata sang ibu basah. ”Sisa obatnya kemaren masih banyak...mungkin berguna” ucapnya lirih. Ibu-ibu yang lain memeluknya dan membelai sang ibu yang kemudian mencoba kembali untuk tersenyum.
Semuanya selesai ke ruangan sebelah, sekarang terbaring dalam posisi miring. Tugasku mengecek kondisi mereka. Berbeda dengan suasana sebelumnya, kali ini hening. Mereka sepertinya tahu kalau untuk beberapa saat ke depan, tidak boleh ada tindakan yang mendadak. Dengan sabar mereka berlima menjalani tahap-tahap yang dilakukan sebelum akhirnya boleh duduk, tegak dan berdiri kembali.
Pulang, sang ibu memakaikan topi ke kepala anak-anaknya. Rata-rata mereka sudah mulai botak... Seorang anak mengelus kepala temannya yang lain sambil tertawa.
Chidren of heaven......
Itu julukanku terhadap anak-anak berhati baja ini. Mereka adalah pasien leukemia yang sedang menjalankan kemoterapi. Anak-anak lebih sering terserang leukemia akut, gejala mendadak dengan kondisi yang berat. Walaupun mendadak dan parah, biasanya leukemia anak lebih memiliki prognosis untuk sembuh yang jauh lebih baik dari dewasa. Namun harus ditatalaksana dengan baik tentunya. Beberapa minggu yang lalu..jumlah mereka adalah enam, satu orang anak yang terserang relaps dan tidak bertahan. Dia meninggal setelah 2 hari dirawat.
Oh ya ,prosedur yang dijalani saat ini adalah kemoterapi intra-liquor. Jadi tidak seperti kemoterapi yang hanya pakai selang infus, kali ini obat dimasukan ke dalam cairan otak melalui lumbal pungsi. Suatu tindakan memasukkan obat ke cairan serebrospinal melalui tulang belakang. Sakit..pastinya. Suatu prosedur yang tidak bisa dibilang nyaman. Dijalani dengan tabah oleh mereka
Lumbal biopsi , cara pemasukan kemoterapi intra-likuor mirip tindakan ini
Para ibu dan anak ini sangat akrab, mereka akan saling menghubungi pada saat kemoterapi. Saling menguatkan , saling berbagi... Ibu tadi memberikan sisa obat anaknya yang masih bisa digunakan oleh anak yang lain dalam kelompok itu.
Tugasku sebagai dokter muda saat itu hanya sebagai asisten dokter lainnya. Namun mengenal mereka, seperti mengenal arti kata harapan yang selalu ada. Bukan hanya aku yang memandang mereka dengan haru saat itu, tak jarang kulihat , resident seniorku, cowok, menghela nafas dan berusaha menyembunyikan air matanya. Well...dokter juga manusia...
1 comment:
bagus sekali tulisannya, en.
anak-anak ternyata punya kekuatan hebat yang gak disadari oleh orang dewasa, ya? dan mereka biasanya belum tau mengeluh, paling hanya menangis kalau kesakitan, tapi tak pernah menyesali nasib.
Post a Comment